> PTK

PTK

Posted on Rabu, 29 Juni 2011 | No Comments

UPAYA MENINGKATKAN KESIAPAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII.2 SMP NEGERI 1 TANJUNG RAJA TAHUN PELAJARAN 2008/2009 MELALUI PERMAINAN CEPAT TANGGAP (PCT)


PENDAHULUAN

Kesiapan siswa memulai belajar pada  awal kegiatan maupun  pada saat proses pembelajaran matematika berlangsung sangat penting diperhatikan. Bila hal ini diabaikan maka siswa akan kesulitan belajar matematika. Apalagi matematika pada umumnya dianggap pelajaran yang sulit oleh sebagian besar oleh siswa. Jangankan siswa yang kurang cerdas, bahkan siswa yang cerdas pun masing kesulitan mencerna pelajaran matematika bila pembelajaran dimulai pada saat siswa belum begitu siap untuk belajar. Siap belajar di sini berarti pada saat akan membuka pembelajaran siswa sudah siap menerima pelajaran pada saat itu. Ini dapat dilihat pada saat guru mulai mengucapkan salam pembuka, siswa sudah siap dengan buku dan alat tulisnya, perhatiannya tertuju kepada guru dan pada bagian apersepsi siswa dengan cepat menanggapi bila guru melemparkan pertanyaan. Dengan kondisi seperti ini maka pembelajaran akan mudah dilanjutkan sesaui perencanaan yang telah ditentukan guru.
Pengamatan dan pengalaman penulis menunjukkan bahwa pada awal kegiatan pembelajaran, sebagian besar siswa menunjukkan wajah bingung, tegang, takut, menunggu, bahkan ada yang tidak peduli dengan situasi, sibuk sendiri atau mengobrol dengan siswa lainnya. Pada saat memulai apersepsi  terasa sekali seolah siswa belum siap belajar. Selanjutnya pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, bila guru memberikan pertanyaan hanya sebagian kecil siswa dengan cepat memberikan tanggapan,itu pun hanya siswa yang itu-itulah. Sedangkan siswa  lainnya hanya mencatat apa yang sudah tertulis di papan tulis, bahkan beberapa siswa sibuk sendiri, mengantuk, mengobrol dan tak peduli dengan pertanyaan guru.
Melihat kenyataan yang tidak diharapkan ini, penulis tertarik mencoba menerapkan permainan kecil agar perhatian siswa terfokus dan siap belajar serta selalu siap belajar. Permainan ini penulis beri nama Permainan Cepat Tanggap (PCT).




MASALAH

Apakah Permainan  Cepat Tanggap (PCT) dapat meningkatkan kesiapan belajar matematika siswa kelas VII.2 SMP Negeri 1 Tanjung Raja Tahun Pelajaran 2008/2009?

PEMBAHASAN

Pada awal kegiatan pembelajaran dapat kita lihat sepintas kesiapan mental masing-masing siswa untuk memulai belajar. Ada yang sudah siap, ada yang agak siap, ada yang kurang siap dan ada yang tidak siap sama sekali. Dengan kata lain fokus konsentrasi siswa masih beragam. Dengan kondisi seperti ini tentu saja bukan saat tepat untuk langsung masuk kegiatan inti pembelajaran. Oleh karena itu ada hal pertama yang harus dilakukan terlebih dahulu, yaitu membuka komunikasi dengan mencuri perhatian siswa. Bila perhatian siswa sudah diperoleh, maka langkah selanjutnya mudah dilakukan. Bila tidak, maka pembelajaran hari itu akan merupakan pembelajaran yang membosankan bagi siswa, pekerjaan yang melelahkan bagi guru. Tentu saja keadaan ini tidak kita harapkan.
            Mencuri perhatian yang dimaksudkan di atas adalah menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar. Menurut Sutikno (2007:19), motivasi dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern atau kesiapsiagaan. Ini berarti menumbuhkan motivasi adalah menciptakan kondisi siap. Menumbuhkan motivasi berarti menciptkan kondisi psikologis siswa agar siap belajar. Dengan kata lain, bila tidak ada motivasi maka siswa tentu saja tidak siap belajar.
            Selanjutnya Sutikno (2007, et al ) membagi motivasi menjadi dua bagian yaitu (1) motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang tanpa ada paksaan dari luar, dan (2) motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang timbul akibat pengaruh dari luar individu. Berdasarkan pada pendapat ini, siswa yang memiliki motivasi instrinsik yang kuat maka ia akan belajar dengan kemauannya sendiri. Bila sebagian besar siswa seperti ini, berarti pembelajaran akan berjalan semestinya. Namun bila sebagian besar siswa memiliki motivasi instrinsik yang lemah, maka motivasi ekstrinsik sangat diperlukan. Lebih spesifik kesiapan belajar siswa harus dibantu oleh guru.
            Sehubungan dengan hal tersebut, guru harus memiliki keterampilan dasar yang menurut Muhibbin Syah(2004) disebut keterampilan mengelola interaksi belajar mengajar, yaitu membuka dan menutup pelajaran. Untuk ini dalam rangka menumbuhkan motivasi atau kesaipan belajar, penulis mencoba memberikan trik pemainan singkat yang penulis sebut sebagai Permainan Cepat Tanggap (PCT). Hal berlandaskan pada pendapat ………… (……), bahwa permainan dapat meningkatkan semangat belajar anak.
            Permainan Cepat Tanggap yang penulis maksudkan adalah permainan yang membutuhkan waktu singkat kurang lebih 5 menit dengan tujuan memfokuskan konsenstrasi siswa agar siswa siap memulai pembelajaran. Permainan ini tidak membutuhkan alat khusus, dan disesuaikan dengan kondisi siswa serta kreatifitas guru. Permainan ini dilakukan setelah salam pembuka sebelum memulai apersepsi. Dapat juga dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung di mana konsentrasi siswa sudah mulai menurun.
            Sebagai contoh sederhana PCT adalah permainan berhitung secara bergilir. Katakan kepada siswa bahwa sebelum belajar kita harus tes terlebih dahulu, yaitu tes konsenstrasi. Bila masih ada yang belum konstrasi berarti pembelajaran belum dapat dimulai. Caranya siswa diminta berhitung bergilir mulai dari pojok depan atau belakang dengan ketentuan, bila siswa yang mendapat giliran menyebut angka genap maka tidak boleh disebut angka melainkan harus diganti dengan kata-kata : ”Hai..!”. Jadi akan terdengar siswa berhitung seperti ini : ”Satu, Hai, Tiga, Hai, Lima, Hai.....!” dan seterusnya. Bila siswa tidak konsenstrasi, biasanya salah sebut. Semestinya menyebut angka tetapi menyebut kata, dan sebaliknya. Sebagai motivasi bila ada siswa melakukan kesalahan maka siswa tersebut diberikan hukuman sesuai kesepakatan guru dan siswa. Bila permainan berjalan lancar dalam arti tidak ada siswa yang melakukan kesalahan, maka permainan diakhiri. Itu berarti siswa sudah konsenstrasi dan siap untuk belajar.
            Permainan tersebut di atas agar menarik dan tidak bosan bila lain waktu mencoba lagi sebaiknya divariasikan. Misalnya kata-kata diganti dengan kata ”Hore!”, ”Asoy!”, dan sebagainya. Atau angka yang harus diganti bukan genap, melainkan ganjil atau kelipatan bilangan tertentu. Urutan giliran juga sedapatnya divariasikan misalnya giliran menyebut angka bila telunjuk guru tertuju kepada siswa tertentu, maka siswa tersebut harus menyebutkan angka atau kata sesuai ururtan dan ketentuan yang telah disampaikan atau disepakati.
            Permainan PCT dapat berupa permainan lain sesuai kreatifitas guru, misalnya menyebut huruf, menyebutkan nama hewan atau bunga, dan sebagainya.
            Penelitian ini dilakukan pada kelas VII.2 yang berjumlah 36 orang terdiri dari 19 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki. Kemampuan siswa kelas VII.2 sangat beragam dengan pekerjaan orang tua 60 persen petani, 27 persen pedagang dan sisanya pegawai atau buruh. Asal sekolah dasar juga sangat beragam. Dengan keberagaman ini, dari pengamatan penulis melahirkan kesiapan belajar yang beragam pula. Untuk itu penulis telah mencoba menerapkan PCT pada kelas ini sebanyak dua siklus. Tiap siklus dilakukan pengamatan dan tes hasil belajar.
            Pada siklus I penerapan PCT dilakukan sebanyak  6 kali pertemuan dengan materi pembelajaran Garis dan Sudut. Pada setiap kesempatan terutama pada saat membuka pembelajaran, PCT selalu dilakukan dengan bentuk permainan yang bervariasi. Hasil pengamatan penulis, konsentrasi kesiapan belajar siswa terlihat lebih baik dibanding sebelum PCT diterapkan. Pada awal pembelajaran terlihat hampir 100 % siswa terlihat siap belajar dan pada saat pembelajaran berlangsung atau menjelang akhir pembelajaran hanya menyusut 8, 3 % atau 3 orang yang terlihat agak mengantuk atau melamun, mungkin kelelahan atau ada masalah lain. Tetapi hasil tes (Ulangan Harian) diperoleh penurunan dari nilai rata-rata 57,00 menjadi 56,69. Ini menarik, dari sisi kesiapan atau konsentrasi  belajar meningkat, tetapi justru prestasi belajar menurun. Dari konfirmasi yang penulis lakukan kepada siswa, ternyata alasannya materi pelajarannya lebih sulit dibanding sebelumnya yaitu tentang Himpunan yang dianggap relatif mudah oleh siswa. Tanggapan siswa terhadap permainan yang dilakukan positif. Beberapa siswa mengaku lebih siap belajar, karena kalau tidak akan malu bila dihukum dalam permainan itu. Sehubungan dengan kenyataan ini, penulis melanjutkan penelitian pada siklus berikutnya.
            Pada siklus kedua, penerapan PCT dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan dengan materi Segitiga. Pada siklus ini, pada awal pembelajaran siswa sudah mulai menagih agar diadakan permainan konsentrasi terlebih dahulu. PCT pada siklus ini lebih divariasikan dengan tantangan konsentrasi lebih berat serta hukuman bila melakukan kesalahan lebih berat. Dengan perlakuan ini diperoleh hasil pengamatan tidak ada lagi siswa yang tidak siap belajar. Malah mulai pada pertemuan keempat  siswa seperti otomatis langsung fokus siap belajar, namun begitu penulis tetap melakukan PCT dengan keyakinan untuk lebih memantapkan lagi konsentrasi siswa. Hasil tes (Ulangan Harian) pada siklus ini menunjukkan peningkatan signifikan, yaitu nilai rata-rata 69, 89. Dengan hasil ini terlihat ada peningkatan yang cukup baik kondisi kesiapan belajar siswa maupun hasil belajar siswa.





PENUTUP

Dari hasil penelitian yang telah diuraikan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Permainan Cepat Tanggap (PCT) dapat meningkatkan kesiapan belajar siswa kelas VII.2 SMP Negeri 1 Tanjung Raja Tahun Pelajaran 2008/2009.
Sehubungan dengan itu penulis menyarankan perlunya guru menumbuhkan motivasi belajar siswa terutama di awal pembelajaran menggunakan permainan sederhana penuh tantangan tanpa harus kehilangan banyak waktu.


DAFTAR PUSTKA

Sutikno, M.Sobry. Strategi Belajar Mengajar. Refika Aditama . Bandung: 2007
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Remaja Rosdakarya. Bandung: 2004

Leave a Reply

Diberdayakan oleh Blogger.